Suka K-Pop Boleh, Asalkan Tidak Seperti Ini.

Assalamualaikum,

Seiring pesatnya perkembangan trend ‘Koreanisasi’ (segala hal yang berbau Korea khususnya Korea Selatan atau yang diupayakan untuk menjadi layaknya orang Korea) di kalangan muda-mudi masa kini, berikut ini saya bagikan kisah mengerikan di balik fenomena ini yang terjadi pada salah satu sahabat saya. Sahabat saya kini sedang menjalankan studinya di salah satu universitas swasta ternama di kota Bandung, Jawa Barat. Kisah ini saya bagikan untuk menghindarkan kita, khususnya pemeluk agama Islam agar selalu waspada dan tidak mudah mengikuti arus tanpa mengetahui baik buruknya guna melindungi aqidah kita sebagai muslim.

Kisah ini adalah nyata dan diawali oleh minat besar sahabat saya dengan kebudayaan Korea yang patut kita puji sebagaimana kita ketahui bahwa mereka (orang Korea pada umumnya) memiliki kedisiplinan, kesopanan, kepedulian dan kecerdasan yang baik serta memiliki pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan tradisional mereka. Belum lagi, pekerja seni seperti penyanyi dan aktris/aktor yang memiliki talenta plus penampilan fisik yang sangat menarik dapat membuat kita, sebagai orang Indonesia, terkesima dan kagum dibuatnya.

Sahabat saya ini, sebut saja Rosa, memulai minatnya ini dengan langkah yang relevan yaitu mempelajari bahasa Korea dengan seorang guru yang ia panggil “seonsaengnim” (panggilan ‘guru’). Guru ini memiliki perilaku dan sifat yang baik tidak hanya terhadap dirinya, tetapi juga pada teman-temannya dan orang tuanya. Sungguh hal ini sangat terpuji karena dengan latar belakangnya yang berbeda dengan Rosa, gurunya tidak pernah merendahkan atau menjaga jarak dengannya. Beliau juga tidak pernah menyulitkan Rosa untuk sholat maupun beribadah sebagaimana muslim yang baik karena toleransinya terhadap agama lain sangat baik. Sang guru Bahasa Korea ini memiliki seorang istri yang juga sama baiknya, ia biasa dipanggil “eonni” (panggilan seorang perempuan pada ‘kakak perempuan’). Rosa kadang makan bersama dengan gurunya, dan gurunya juga tidak jarang mengunjungi rumahnya. Sang guru bahkan pernah memberikan beasiswa pada siswa-siswa SD di sekolah di mana ibu Rosa mengajar. Sungguh suatu tindakan terpuji yang perlu kita apresiasi, bukan?

Seonsaengnim mengajarkan bahasa Korea pada Rosa dan teman-temannya selama kurang lebih dua tahun secara GRATIS. Sedangkan biaya kursus bahasa asing biasanya memakan biaya yang cukup fantastis. Tentu saja pelatihan gratis seperti ini sangat sayang untuk dilewatkan, apalagi bagi mereka yang memiliki minat tinggi untuk menguasai Bahasa Korea lalu berharap suatu hari nanti dapat berlibur, belajar, bekerja, atau menetap di Korea dan menikahi orang asli di sana. Rupanya, media elektronik yang menampilkan drama atau music video (K-Pop atau apapun nama lainnya) artis-artis Korea itu telah sukses besar menarik tekad orang Indonesia dan negara-negara lain untuk mengunjungi negara mereka.

Setelah beberapa lama, Rosa dan teman-temannya kadang mengikuti perayaan-perayaan yang biasa dirayakan oleh orang Korea, misalnya Imlek. Mereka juga dengan senang hati mengenakan pakaian kebudayaan Korea (untungnya sebagian besar tetap mempertahankan jilbab tanpa membuka auratnya). Mereka juga sering berkumpul dengan orang-orang Korea yang merupakan kawan atau kerabat dari seonsaengnim untuk bercakap-cakap atau sekadar makan bersama layaknya keluarga baru dengan sambutan hangatnya. Seonsaengnim juga sempat mengatakan bahwa jika Rosa dan teman-temannya dapat menjalankan tes Bahasa Korea dengan predikat nilai baik, beliau akan mengajak serta mereka untuk ikut ke Korea dan melanjutkan kuliah di sana hanya dengan uang sebesar tiga juta rupiah (ongkos saja) dan kelak akan keperluan hidupnya akan dibiayai penuh di sana. Menggiurkan sekali, bukan? Tentu saja Rosa dan teman-temannya sangat tertarik dan antusias terhadap ajakan gurunya ini dan menyambutnya dengan penuh suka cita.

Pada suatu kesempatan, Rosa dan teman-temannya diajak untuk menghadiri suatu pertemuan besar yang diadakan pada malam hari. Pertemuan itu kabarnya akan menambah relasi orang Korea dan juga ramah tamah dengan beberapa petinggi asli Korea. Rosa dan teman-temannya pun menghadiri acara tersebut tanpa kecurigaan apapun. Pada pertemuan itu, mereka diajak menyanyi lagu kebudayaan Korea bersama-sama. Rosa menangkap sedikit makna di balik nyanyian itu namun tidak keseluruhan, dan ia merasakan sesuatu yang tidak beres karena ia merasakan seperti berada dalam suasana kebaktian atau peribadatan kaum Krisitiani. Setelah itu mereka juga diajak melingkar dan di sekelilingnya dihiasi oleh lilin-lilin kecil berpendaran dalam suatu ruangan. Lebih anehnya lagi, setiap dari mereka memperoleh nama Korea (nama baru pemberian dari seorang petinggi yang hadir di sana). Tanpa mengetahui apa maksud dari pemberian nama tersebut, Rosa mulai bertanya-tanya dalam hati “Apakah ini baik bagiku? Mengapa aku merasakan ada yang salah di sini? Apakah ini hanya perasaanku saja?”

Setelah beberapa saat ia mengalami malam itu, ia menghadap seorang guru agama (ustadz) yang ia kenal di kampusnya. Ia pun banyak menanyakan tentang hal yang belum lama ia alami sembari menunjukkan foto-foto seonsaengnim dan istrinya, serta kerabat-kerabatnya yang juga turut serta mengajarkan Bahasa Korea. Hasilnya sangat mencengangkan, sang ustadz mengatakan bahwa orang-orang yang terdapat di dalam foto-foto tersebut adalah para misionaris yang tengah marak menyebarkan agama Kristen pada masyarakat sekitar dengan berbagai upaya dan siasat jahat. Sang ustadz menyarankan agar Rosa dan teman-temannya untuk segera menghindar dari orang-orang Korea ini sebab mereka dapat merusak aqidah secara perlahan namun pasti. Rosa yang sempat tak percaya pada perkataan ustadz pun mencari tahu kebenarannya melalu serangkaian pencarian melalui dunia maya baik media sosial maupun search engine seperti NAVER dan membaca beberapa forum, diskusi dan artikel dalam Bahasa Korea mengenai agenda rahasia mereka dalam penyebaran agama Kristen di Negara-negara sekitarnya seperti di Indonesia. Seluruh informasi yang terkait dengan seonsaengnim itu pun ia cari bersama beberapa temannya dan hasilnya sesuai dengan perkataan ustadz yang sebelumnya ia temui. Setelah penyamaran seonsangnim ini terbongkar, Rosa pun mulai menarik diri dari pertemuan dan segala hal yang dapat membuatnya terlibat dalam segala hal yang menyebabkan aqidahnya ternodai.

Dengan adanya tulisan ini, saya berharap banyak kawan-kawan di luar sana terselamatkan dari kejadian yang serupa dalam kisah ini. Kisah ini juga saya uraikan tanpa adanya niat memprovokasi, menghina, membuat prasangka buruk atau menyebarkan nama baik Korea, orang Korea, Rosa dan teman-temannya.

عن أَبِي سَعِيدٍ الْخدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ

“Sungguh diantara kalian akan mengikuti apa-apa yang dilakukan bangsa-bangsa terdahulu, selangkah demi selangkah, sehasta demi sehasta walau pun mereka memasuki lubang biawak kamu akan mengikuti mereka”. Diantara para sahabat ada yang bertanya “Ya, Rasululah apakah yang dimaksud (di sini) adalah pemeluk agama Yahudi dan Nashrani ?” Rasulullah menjawab “Siapa lagi (kalau bukan mereka) (HR. Bukhari)

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu. (H.R Abu Daud)

Kisah ini dituturkan ASLI dari pengalaman Rosa (nama yang saya samarkan guna melindungi identitasnya) dan tanpa rekayasa lain pada alur cerita. Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama, lokasi, ataupun cara penyampaian dalam tulisan ini. Adapun niat yang saya miliki di sini hanyalah mengingatkan kita sebagai muslim untuk selalu berhati-hati dalam menjalin kekerabatan dengan orang yang baru kita kenali, mengikuti tradisi kebudayaan suatu kaum, menjalankan perayaan atau ibadah yang terkait dengan kaum dan agama lain, serta menuruti keinginan orang atau kelompok lain yang tidak sejalan dengan perintah Allah, pedoman kita al-Qur’an dan al-hadis, contoh yang diberikan Rasulullah dan juga pribadi muslim yang baik.

Semoga tulisan ini dapat dibaca, dipahami dan disebarkan dengan baik tanpa penyalah gunaan yang dapat merugikan saya maupun pihak yang lainnya. Terima kasih.. 🙂

Wassalamualaikum.

Leave a comment