Kamu Opportunis? Who cares!

Kamu Opportunis? Who cares!

May 29, 2013 at 10:16am

“Alah dia mah bikin proyek itu biar bisa lolos konferensi sana-sini”

“Dia ikutan organ itubukan karena apa-apa, Cuma buat ngehiasin CV aja!”

Pernah denger celetukan-celetukan nyelekit macam ini? Atau malah termasuk yangikut nyinyir juga? Jika iya, maka catatan saya kali ini agaknya akan sedikit mengernyitkan dahi anda.

 

Tulisan ini terinspirasi dari obrolan singkat antara saya dan Sosiana (Arsitektur 2011) beberapa hari yang lalu di sebuah forum yang kami ikuti. “Aku ikutan forum-forum kayak gini bukan termasuk opportunis kan?” kira-kira seperti itu. Sangat wajar ketika seorang mahasiswa memiliki ketakutan seperti demikian. Apalagi kalo inget kata-kata sakti uda Tan Malaka “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”. Rasanya langsung jadi mahasiswa paling hina kalo udah kena cap opportunis.

 

Tapi yang ingin saya bahas kali ini mungkin agak sedikit berbeda, semoga setelah ini orang-orang tidak memberi saya lebel opportunis. Setelah satu malam berkontemplasi di kahuripan (kereta maksudnya), yang merupakan perenungan dari hasil pengamatan saya terhadap rekan-rekan di sekitar selama dua tahun terkahir, tibalah saya pada sebuah paham jika tidak ingin disebut sebagai ‘pembenaran’. Bahwa pada dasarnya ‘opportunis’ bukanlah negasi dari kata idealis. Saya beri tanda petik pada kata opportunis dalam artian bahwa opportunis yang saya maksudkan disini harus sesuai dengan konteks yang saya bawa dari awal. Jadi mohon jangan dibengkokkan.

 

Saya sangat bangga dengan semangat teman-teman dalam menginisiasi berbagai project untuk ikut menanggulangi permasalahan negeri. Saya juga sangat senang melihat antusiasme rekan-rekan dalam berbagai konferensi dan forum yang diperhelatkan tahun-tahun terakhir. Menjamurnya berbagai organisasi kepemudaan saya yakini juga adalah sebuah fenomena positif yang harus kita dukung. Namun pemberian label opportunis kemudian justru mematahkan semangat yang telah menghujam di hati rekan-rekan semuanya. Menghentikan langkah yang sejatinya sudah hampir dijejaki. Baik, saya jelaskan.

 

Suatu ketika mas Ghufron Mustaqim(HI 2009) pernah bilang sama saya “Tidak mungkin seseorang mau melakukan suatuhal jika apa yang ia lakukan tidak membawa benefit. Benefit itu dapat berupamateri, pengalaman, protofolio, networking, atau apa saja. Intinya ketika kita melakukan sesuatu, sudah pada fitrahnya kita akan mengharapkan timbal balik dariwaktu, tenaga, dan uang yang kita korbankan”. Secara ekonomi hal ini disebut costand benefit. Jadi menurut hemat saya, memang tidak ada salahnya menjadi ‘opportunis’.Tidak salah ketika seorang teman ternyata masuk dalam sebuah organ agar bisamenuliskannya di CV. Tidak salah ketika seorang teman bersedia menjadi graphic designer di sebuah NGO tanpa bayaran ternyata salah satu tujuannya adalah untukmemperkaya portofolionya. Dimana letak salahnya? Yang salah adalah ketika kitahanya mengambil benefit tanpa berkontribusi disana.

 

Karena toh pada akhirnya yangakan dilihat orang adalah output kerja kita, mereka tidak akan peduli denganmotivasi yang kita jawab ketika sesi interview. Barangkali awalnya saya berniatmenginisiasi sebuah social enterprise agar menang dalam sebuah kompetisi, namun apakah ini salah jika dalam pelaksanaannya ternyata bisnis tersebut benar-benarmembawa kemaslahatan untuk orang banyak.  Saya ingat dengan sebuah prinsip mendasardalam islam “Innamal a’malu binniat” bahwa setiap amal dinilai berdasarkan niatnya. Namun yang saya yakini aktualisasi diri sama sekali bukanlah niatanyang buruk, lebih-lebih ketika hal tersebut ternyata justru berdampak positifuntuk lingkungan sekitar kita. Komparasi ekstrimnya nih ya, pilih mana orang yang ikhlas nyumbang duit 5 ribu ke pengemis sama orang yang bikin proyekpemberdayaan satu lingkungan pengemis (meskipun bisa jadi orang yang kedua inimotivasi awalnya biar proyek ini bisa tembus sebuah forum changemaker tingkat internasional). Hayoooo, kalo saya jadi pengemisnya sih pilih orang kedua, ngga peduli dia ngebuatnya ternyata untuk apa, tapi selama proyek tersebut mampu menanggulangi masalah kami, who cares?.

 

Yang ingin saya sampaikan sebenarnya adalah…. ayo dong berhenti men-judge satu sama lain. Kita semua sedang belajar bergerak, merangkak, hingga akhirnya mampu berlari bersama membawa bangsa ini ke tatanan yang lebih baik lagi. Sedih banget ketika ada yang udah memulai tapi kemudian justru semangatnya dipatahkan sama nyinyiran-nyinyiran semacam ini. Yang saya yakini dan saya alami, justru idealisme itu akan terpatri kuat ketika kita mendapatkannya melalui metamorfosa alami. Seiring berjalannya waktu kita akan ngedapetin feel nya kok, ngerasain cinta sama Indonesia bener-bener dari hati yang paling dalam bukan karena ada apa-apanya dari yang dia punya (D’masiv 2011). Pasti dalam perjalanannya kita akan sampai pada titik dimana kita bergerak bukan lagi untukmendapat apresiasi, bukan dalam ikhwal memenangkan kompetisi, melainkan memang karena kita tidak kuasa melihat negeri ini semakin lama dalam stagnansi. Jadi yuk bergerak dan belajar bersama!

 

p.s: jika terdapat kesalahan dalam logika berfikir saya, mohon diingatkan dan diluruskan agar saya kembali ke jalan yang benar

Regards,

Siti Kholifatul Rizkiah

“Jangan mencint…

“Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka dapat meninggalkan Allah, mereka akan meninggalkanmu.” (Imam Syafi’i rahimahullah)

Ya Allah, dekatkanlah kami selalu dengan orang-orang yang mencintaiMu dan jadikanlah kami orang-orang yang mencintaiMu.

Mengapa Makan Tape Tidak Haram? (Tidak Semua yang Beralkohol Haram)

Semakin cari tahu semakin tahu bahwa kita tidak banyak tahu.

Catatanku

Saya pernah ditanya oleh seseorang apakah makan tape itu haram sebab di dalam tape terkandung alkohol. Bukankah meminum yang beralkohol itu haram hukumnya dalam agama Islam? Begitu tanya orang itu. Tape adalah produk makanan tradisionil Indonesia yang merupakan hasil fermentasi dari bahan baku singkong/ketela (dikenal dengan tape singkong atau peuyeum kata orang Sunda atau tapai kata orang Minang) atau beras ketan (dikenal dengan tape ketan).

Sejak saya kecil hingga besar saya belum pernah mendengar ada ulama yang mengharamkan makan tape (kalaulah diharamkan pasti sejak dulu tidak ada orang Islam yang membuat tape atau menjual tape), tapi pertanyaan seperti itu mengusik saya juga. Saya mencari-cari jawabannya di Google dan ketemu jawaban dari Ustad Ahmad Sarwat Lc di situs Eramuslim.com (baca di sini). Dari penjelasan Pak Ustad saya menjadi paham bahwa Al-Quran atau hadis Rasulullah tidak menyebutkan minuman yang diharamkan adalah alkohol, tetapi yang diharamkan adalah khamar.

“Semua yang memabukkan…

View original post 555 more words

I Almost Do by Taylor Swift

I bet this time of night you’re still up.
I bet you’re tired from a long hard week.
I bet you’re sitting in your chair by the window looking out at the city.
And I bet sometimes you wonder about me.

And I just wanna tell you
It takes everything in me not to call you.
And I wish I could run to you.
And I hope you know that every time I don’t
I almost do,
I almost do.

I bet you think I either moved on or hate you
‘Cause each time you reach out there’s no reply.
I bet it never ever occurred to you that I can’t say “Hello” to you
And risk another goodbye.

And I just wanna tell you
It takes everything in me not to call you.
And I wish I could run to you.
And I hope you know that every time I don’t
I almost do,
I almost do.

Oh, we made quite a mess, babe.
It’s probably better off this way.
And I confess, babe,
In my dreams you’re touching my face
And asking me if I wanna try again with you.
And I almost do.

And I just wanna tell you
It takes everything in me not to call you.
And I wish I could run to you.
And I hope you know that every time I don’t
I almost do,
I almost do.

I bet this time of night you’re still up.
I bet you’re tired from a long hard week.
I bet you’re sitting in your chair by the window looking out at the city.
And I hope sometimes you wonder about me.

 

..dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam.

Arrahmah.com/Muslimahzone.com – Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali.

Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

“Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”

“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru”

“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.

Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.

“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”

“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.”

“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

***

Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:

“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).

Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.

Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?

-Note From Brother Asep Juju-

(anna/muslimazone.com)

– See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/07/15/21646-beginilah-mereka-menghancurkan-kita-lalu-bagaimana-sikap-kita.html#sthash.ZbpFy2Nl.dpuf

Arrahmah.com/Muslimahzone.com – Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali.

Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

“Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.

Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”

“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru”

“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.

Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.

“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”

“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.”

“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

***

Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:

“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah :32).

Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.

Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?

-Note From Brother Asep Juju-

(anna/muslimazone.com)

– See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/07/15/21646-beginilah-mereka-menghancurkan-kita-lalu-bagaimana-sikap-kita.html#sthash.ZbpFy2Nl.dpuf

Hati yang (Sudah) Baru, Alhamdulillah..

Dalam reguk do’a kuminta pada pemilik hati ini untuk menghadiahiku sebongkah hati yang baru. Do’a yang sungguh jika ia adalah pakaian maka pastilah telah usang karena terlalu sering dikenakan. Karena Tuhanku, Allah, berjanji akan mengabulkan segala do’a yang berbisik di tengah tangis maupun yang diteriakkan sampai kering suara ini. Sebab hamba Allah yang sedih dan berduka dalam ini yakin.

Sesungguhnya Allah baik dan tidak mengabulkan (menerima), kecuali yang baik-baik (HR. Muslim)

Alhamdulillah ya Allah. Engkau yang maha membolak-balikkan, memutar dan mencabut juga memasang hati ini, akhirnya kuraih sebongkah hati ini, yang benar-benar baru. Hati yang baru, yang selalu aku merengek pedih untuk mendapatkannya.

Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang orang yang beriman. (QS. Ali-Imran:139)

 

Image

11 Manfaat Membaca (’Aidh bin Abdullah al-Qarn)

Menurut ’Aidh bin Abdullah al-Qarn, ada 11 manfaat membaca:

1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.

2. Ketika sibuk membaca, sesorang terhalang masuk dalam kebodohan.

3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang2 malas dan tidak mau bekerja.

4. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

5. Membaca membatu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.

6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalama orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksanan dan kecerdasan orang-orang berilmu.

8. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi didalam hidup.

9. Keyakinan seseorangakan bertambah ketika dia membaca buku2 yang bermanfaat, terutama buku2 yang ditulis oleh penulis2 yg baik. Buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan.

10. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia2.

11. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebihlanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).

*silahkan di repost, share, bagi pencinta buku

Fasilitator (part 2)

Assalamu’alaikuum~ After a long hard week due to my illness, I finally could continue my posting here. I hope we are always blessed by not only wealth but also health. Aamiin allahuma aamiin..

 Setelah Part 1 maka harus ada Part 2 ya. Di sini saya mau lanjutin posting “Fasilitator” yang sebelumnya. Selamat membacaaa~

Kalo sebelumnya itu pengalaman saya di awal penugasan, berarti sekarang tentang pengalaman terbaru dong. Kali ini saya mau berbagi cerita tentang pelatihan dan sanlat-sanlat selanjutnya. Yang pertama ada TOM (Try Out dan Motivasi) untuk calon mahasiswa a.k.a. siswa kelas 3 SMA yang akan menempuh Ujian Nasional 2013. Dari judulnya aja pasti yang kebayang ada try out nya kan? Tapi ternyata untuk taun ini ngga ada. Terus, kenapa namanya masih TOM? Nah itu dia, saya juga ngga tau. Yang pasti mah ada motivasinya. Kegiatannya itu berlangsung dua hari satu malam alias nginep satu malam di Daarul Hajj. Kalo ada yang belum tau Daarul Hajj itu apa sekarang saya kasih tau deh. Daarul Hajj adalah salah satu aula di area Daarut Tauhiid. Selain Daarul Hajj juga ada Daarul Ilmi yang juga aula tapi jauh lebih mini meskipun sebelahan. Biasanya kegiatan pelatihan dan semacamnya diadakan di Daarul Hajj karena lebih luas plus ada panggungnya. Nah sekarang udah tau yaa.

Kembali lagi ke TOM. Kami panitia yang bertugas briefing dan dibagi jadwal keseluruhan acara berlangsung. Setiap pelatihan biasanya dikasih rundown biar ngga bingung alurnya bakal gimana. Selain itu, saat briefing juga ada penjelasan setiap detail rangkaian kegiatan oleh orang yang diamanahi sebagai Content (ngga tau apa maksudnya tulisannya content atau ada yang lainnya). Jadi kalo ngga ngerti ya nanya nanyain sama petugas ini yang lebih senior dan jam terbangnya tinggi (pesawat kali yaa). Acaranya lumayan seru deh, soalnya ini GRATIS dan dapet materi yang oke banget hehe.

541077_586117181407945_55156927_n 603974_586321318054198_209415546_n 6764_586314758054854_1403644707_n 10138_586312604721736_1904741310_n 72712_586116604741336_1895147309_n 58059_4389307783411_531916750_n

Selain TOM, kami juga ikutan acara jalan-jalan yang mirip rihlah dan juga mirip hiking. Waktu itu kami fasilitator sekitar 20 orang menuju Tangkuban Parahu via Jayagiri. Saya piker jalan-jalan yang biasa aja. Ternyata, lebih dari sekadar “jalan”. Dari Daarut Tauhiid kami menumpangi angkot sampai ke Lembang dan di sana kami turun dari angkot saat tiba di (semacam) hutan. Nah, dari sana jalan kaki yang super jauuuuuuuh sampe ke Tangkuban Parahu. Kalo kata saya sih jauh soalnya saya memang ngga pernah jalan sejauh itu.

20120624_102011 20120624_092853

Tapi seru banget lah karena pakai rok panjang melintasi hutan yang nanjak-mudun, bulak-belok, jeblok dan banyak serangga. Untung ngga ada serangga yang gigit-gigit dan sampai ke tujuan sehat walafiat cuma agak terlambat sholat dzuhur, hampir masuk waktu ashar malahan. Sejauh itu cuma kecewa sama sholatnya aja sih, oh iya sama makan juga deng soalnya laper bukan main. Harusnya sebelum acara ini, saya ikutan Diksar (Pendidikan Dasar mungkin singkatannya hehe) di Cikole. Waktu itu udah berhasil bujuk mama supaya boleh ikutan. Sampe minta bantuan Aa (kakak laki-laki) saya juga biar ngasih izin. Setelah izin manusia dapet, giliran Allah yang ngga ngizinin. Saya waktu itu sakit demam tinggi dan periksa ke dokter ternyata demam berdarah yang berakhir  hospitalized. Manusia namanya juga; cuma berencana tapi Allah yang berkehendak.

Oh iya, sekitar awal 2013, ada rumor DTTC (Daarut Tauhiid Training Center) akan demerger dengan LP2ES. Saya ngga tau apa itu LP2ES dan mikir pasti bakal banyak perubahan deh kalo udah gabung kaya gitu. Ngga lama setelah itu, DTTC dan LP2ES menyatu dan ganti nama jadi PT. DTI (Duta Transformasi Insani) biasa disebut DT Insani. Saya pribadi kurang suka sama singkatan DT Insani. Kenapa ngga DTI aja? Khawatirnya, orang-orang bakal menganggap itu Daarut Tauhiid Insani dan dalam artian masih bawa-bawa Daarut Tauhiidnya. Padahal udah clear bahwa kita bukan di bawah naungan Daarut Tauhiid yang milik Aa Gym lagi. It’s way too different between a name compared to another. Both the name and the quality of work itself. I begin to question how it would be after being merged like now. Dugaan saya bener banget. Sangaaaat berbeda.

Nah sekarang saya ceritain sanlat lainnya setelah TOM. Sanlat setelah TOM adalah sanlat liburan. Tahun ini, saya ikut penugasan untuk SD 1-3 lagi. Karena saya suka anak-anak, itu aja alasannya sih hehe.  Ngga ada yang aneh sih sama semua kegiatannya. Hal berbeda yang paling pertama saya rasain itu adalah jalan kaki dari DT sampe Secapa. Ngga jauh sih, karena masih pagi dan lumayan olahraga. Tapi ya ngga kaya taun lalu aja. Sampe Secapa, kami dibagi sarapan.. Oke, jangan mencela makanan (ngikutin rasulullah).

Selain itu hal berbeda lainnya yaitu registrasi yang ribet dan semrawut. Kalo tahun lalu, ada tim SSG yang bantu-bantu registrasi dan kita sempet briefing singkat lagi plus foto-foto (bukan narsisme yang essential tapi kekeluargaan yang terasa bergeser menjadi keburuhan). Sama sekali ngga kondusif dan ada tragedi yang saya sebut “hujan kantong warna-warni”. Apa itu “hujan kantong warna-warni”? Ada segunduk besar buku-buku yang harus dimasukkan ke kantong-kantong kecil sebagai bingkisan pengantar registrasi untuk orang tua. Isinya itu ada buku-buku karya Aa Gym, buku cerita, stiker dan lain-lain saya lupa lagi. Bayangkan. Ribuan peserta dan pengantarnya siap mengantri registrasi ulang dan berdesakkan itu menanti “bingkisan” itu sedangkan “bingkisan”nya masih dimasuk-masukkan. Nah loh. Ini unwell preparation banget. Belom lagi konsumsi air mineral yang sangat terlambat. Masih banyak hal yang kurang convenient bagi saya yang pernh terlibat di tahun sebelumnya.

Well, dari hal-hal sepele seperti itu udah kerasa banget bedanya. Saat masih DTTC dan saat ini. Oh ya, waktu itu tas saya juga accidentally being brought to Cikole. Udah bingung di mana adanya itu tas, Alhamdulillah masih ketemu lagi sama tas itu. Overall, everything seems so much different.

Sanlat liburan dilaksanakan dalam 4 hari yaitu dari tanggal 30 Juni s.d. 3 Juli. Anak-anak, di mana-mana sama. Selain unyu-unyu, kadang nyebelin. Nyebelinnya itu kalo udah nangis meraung-raung. Alhamdulillah, kalo sekarang anak-anak kelompok saya ngga ada yang nangi pengen pulang SEBELUM tayangan film tentang anak durhaka. Saya waktu itu ngga nonton dari awal sampai tamat tapi ada adegan di mana tokoh anak durhaka itu dibakar hidup-hidup. Filmnya itu film kartun, bukan manusia beneran. Tapi pas filmnya udahan, JENGJEEENG semua anak-anak nangis berjama’ah. Semuanya kompak “MAU PULANG”. Anak-anak kelompok lain juga sama bunyinya mau pulang. Ya Allah, satu-satu dipelukin, dipangku, diusap-usap kepalanya, selesai satu reda nangisnya eh yang lain nangis menjadi-jadi. Yang udah reda nangisnya liat temennya nangis, nangis lagi. Masya Allaaaah.. Keadaan mulai semrawut, cuma gara gara film? Pas saya complain ke operator eh malah cengar-cengir aja dan bilang ujian dari Allah. Atuh lah, kasian anak-anaknya. L Kenapa ngga film yang banyak hikmahnya aja, bukan yang tragedi begitu? Anak-anak dalam usia mereka itu rentan rasa takut berlebihan. Belum waktunya mereka untuk ditakut-takuti, tapi dimotivasi untuk berbuat baik. Misalnya, anak yang berbakti pada orang tua akan disayang Allah dan masuk surga.

Selain itu malam sebelum hari terakhir, anak-anak menyiapkan bajunya untuk dibawa ke Eco Pesantren di daerah Parongpong. Anak-anak yang mandiri, pandai mengurus keperluannya sendiri. Anak yang biasa dibantu house maid kewalahan bukan main. Malam hari besoknya kami camping di Eco Pesantren. Pertama kalinya saya camping di alam terbuka. Mungkin kalo sebelumnya minta izin mama, kecil kemungkinan diizinin ikutan. -___- Waktu malam, saya susah tidur. Jadilah pergi ke masjid sama teman bule saya yang juga mau ngafalin asmaul husna. Saya di masjid sampai jam 11 tapi ngga ngantuk-ngantuk juga. Dilema banget kan, kalo ngga tidur imbasnya besok selama kegiatan pasti ngantuk banget.

20130703_063650

Oh iya, saya juga didampingi seorang asisten, teman bule hehe. Ceileeeh gaya ngga sih? Udah gitu asistennya diimpor langsung dari Jerman. Dia bisa bahasa Indonesia tapi ngga begitu lancar. Awal perkenalan sama dia waktu saya belajar get along together with, jujur agak susah. Perbedaan budaya, bahasa, sikap dan sifatnya itu jadi bahan pembelajaran saya. Saya sempet salah ngomong dan salah tanggapan dan dia agak kesal sama saya. Seringnya saya jadi penerjemah setiap ada rapat atau ngobrol yang memang agak sulit dia tangkap. Ah,meski begitu,  dia itu keren banget. Dia jauh-jauh ke sini untuk menghafal al qur’an. Ngga keren gimana deh? Dia jadi inspirasi saya supaya ngga kalah amalannya. Aduh masa dia jauh-jauh ke sini buat ibadah karena di negaranya itu semua kegiatan keislaman sangat terbatas, trus kita yang dengan leluasa bisa ke masjid untuk ikut majelis ilmu seperti liqo atau kajian apa aja masih pinter cari alasan. Jangan malas, malu sama teman baru saya ini hehe. Dia juga sangat menjaga kehormatannya. Dia itu paling membatasi interaksi sama laki-laki yang bukan mahramnya. Kalo saya masih “nyeleneh”. Tepuk saluuut untuknya. Oh ya, untuk identitas sebaiknya dirahasiakan aja deh. Takutnya ntar pembaca tiba-tiba shock, terkejut, ternganga dan kepo hehe.

20130703_160050 20130703_160244

Setelah sanlat liburan yang penuh warna-warni dan suka-duka, dilanjutkan sanlat ramadhan. Saya tahun lalu turun di SMAN 10 Bandung. Tahun ini pengen di sana lagi tapi ternyata malah di SMA Labschool Cibubur. Ini pengalaman pertama saya ke luar kota, degdegan sih tapi berdo’a supaya lancar hehe. Sepanjang jalan saya ngga bisa tidur padahal seisi bis tidur. Secara ngga kebetulan, saya duduk di baris kedua dari depan sama Linda, teman baru saya. Supir di depan kami ngantuk sengantuk-ngantuknya. Sampe mau lepas cengkraman dari setirnya. Asli itu horror banget. Fffuhh..

Sesampainya di sana, saya asli terkesima (soalnya sekolah saya ngga semegah itu hehe). Kita didampingi oleh asmen (asisten mentor) yang berasal dari anak-anak rohis. Anak rohis yang sangat “tidak rohis”. Kenapa saya bilang begitu? Coba deh rohis mana yang pas sanlat tampil Gangnam Style, shuffle dance, rap sampe beatbox. Kocak dan seru banget hahaha.

20130719_164250

Oh ya, yang paling menggetarkan hati itu adalah sesi muhasabah. Biar keren (ngga juga sih sebenernya itu seragaman) dress code nya nuansa merah. Kami sempet foto-foto untuk dokumentasi padahal for the sake of our narcissism hahha.

20130720_192031

Jadi peserta ditutup matanya dan baris dan dipandu perbaris menuju lapangan sekolah untuk sesi muhasabah. Sesampainya di lapangan, orang tua peserta sudah duduk di kursi masing-masing yang sudah disiapkan yang nantinya anak mereka akan duduk melantai di hadapan orang tuanya masing-masing dan sesuai skenarionya mereka harus nangis dan minta maaf pada orang tuanya. Keadaannya gelap-gelapan gitu.

20130720_202314 20130720_223119

Ada yang nangis, ada yang pingsan dan ada juga yang tidur. Yang kasian cuma kami, fasilitator. Mau nangis-nangis tapi orang tua kami ngga di sana. Jadilah saling berpelukan sama sesama fasilitator.

Setelah sanlat SMA Labschool Cibubur selesai, ada beberapa teman saya yang diminta penugasan di SMP Diandidaktika. Saya rasanya pengen ikutan juga tapi khawatir terlalu capek jadi langsung pulang ke rumah dengan bahagia hehe. Home is home; you can never find the same one anywhere else.

Beberapa hari kemudian, saya diamanahkan lagi untuk ke Sentul untuk sanlat SMK Annisa. Sewaktu saya datang ke kantor, saya sempat bingung. Kenapa hanya akhwat fasilitatornya? Ternyata SMK Annisa sesuai namanya, didominasi siswa perempuan. Jumlah keseluruhan peserta yaitu sekitar 450 dan 60nya adalah laki-laki. Yang luar biasa itu adalah hampir 500 peserta hanya dibimbing 5 fasilitator akhwat dan 1 fasilitator ikhwan. Pergerakan dari satu tempat ke tempat lain lumayan “pelik” mengingat lokasi kegiatan di aula lantai dasar dan ibadah dilaksanakan di dalam masjid lantai dua dan tiga.

20130727_203541

Oh ya ini sempat saya foto-foto sama anak-anak juga hehe. Karena masjidnya kereeen banget dan yang utamanya adalah makmur, banyak jamaah yang beribadah di sini.

20130728_071138

Saya pikir tempatnya di sekolah, ternyata di masjid megah gaya Maroko bernama Az Zikra. Selidik punya selidik, masjid ini dikelola oleh Ust. Arifin Ilham. Jadi setiap subuh, sholat subuh dipimpin oleh beliau dan dilanjut dengan halaqah pagi. Subhanallah. Entah kenapa jadi seketika kangen DT pagi itu.

Saya rasa cukup sekian cerita tentang pengalaman seorang fasilitator yang selalu menjadi pencari ilmu, amal dan pahala. Kapan kapan cerita lagi hehe. Insya Allah.

Wassalamu’alaikuum.. ^^

Glasses Over Glasses #3

In the different line you finally caught my eyes

You suddenly ask me if I’m alright

While all you see is I’m definitely dying

I just lost all my blood for covering my throbs all over my body

If only people could ask nothing and knew what actually happening is

But they stare; keep staring like you know

Shut the windows down I still hope you are there

The cab has come to pick you up but the horn stop blowing

I can’t give the bucks you need

Somebody may give you more without asking

Like you do now.

Have I gone too south or it’s just you run from me?

How I wish I could be the wind

Or the petroleum oil inside

Only to know where your direction is

All I can do was never full and always half-full

You say it’s half-empty;  it’s null.

Keep arguing like people have no brain yet many mouths to speak

Could we sit awhile

And once again see where the wind we once wanted to know come from?

Hoping was never this exhausting but this time I almost give it up

Wall you put is too high and I can’t even hear the water from your wells

Oh, well

The fate is cruel but I keep wishing

someday something somewhere could change.

Tiara

 

Waktu semester 3, saya lagi butuh banget penghasilan sendiri. Selain karena kondisi orang tua yang ngga berpenghasilan banyak lagi, pengeluaran saya juga lumayan banyak jadi ngga enak kalo minta orang tua terus padahal udah mau umur 20. Kalo temen-temen saya katanya udah ada yang kerja part-time jadi guru les privat. Lucunya, meskipun kita mahasiswa pendidikan bahasa inggris, ngga sedikit yang ngajar matematika, fisika, kimia dan teman-temannya. Untuk ukuran ngajar anak SD SMP mungkin kita bisa bantu sedikit-sedikit seengganya bisa manfaat buat orang lain kan?

Saya kok rasanya gamau kalah ya sama temen-temen. Saya juga harus punya kerjaan juga nih. Sejak hari itu saya mulai aktif nanya nanyain orang di mana bisa ngajar bahasa inggris. Dari facebook juga saya cari tau kalo ada yang butuh guru privat bahasa inggris. Ada nomor kontaknya dan syarat-syaratnya juga. Ya udah deh langsung hubungin orangnya aja. Jadi bentuknya semacam lembaga penyalur guru les privat independen amatir kira-kira. Kenapa amatir? Ya soalnya ga punya izin pemerintah. Ngga apa apa lah untuk permulaan hehe.

Setelah smsan gitu sama orangnya, saya diminta untuk ke FPMIPA dan tanda tangan kontrak sebagai guru les plus baca tata tertib dan peraturan. Salah satu peraturannya yaitu ngga boleh melanjutkan les dengan anak didik selain di bawah lembaga tersebut. Kalo ketauan bisa didenda. Nah itu lumayan serem juga ya, berhubung baru pertama kali semacam ini jadi agak khawatir juga. Ya intinya di FPMIPA itu saya tanda tangan dan ngasih nomer hp dan bisa ngajar mata pelajaran apa aja. Tapi saya ngga pinter hitung-hitungan jadi Cuma milih bahasa indoesia sama bahasa inggris. Kalo ada bahasa jepang buat anak SD pasti saya pilih juga hehe sayangnya ngga ada.

Setelah beberapa hari, saya dapet SMS dibutuhin guru les untuk anak SMP di daerah Lembang rumahnya. Saya bilang siap kesana. Hari pertama saya ngelesin itu hari Rabu sore. Ini pasti bakal inget terus karena pengalaman pertama seumur hidup ngajar dan disebut guru dalam perspektif mereka. Tempatnya ngga begitu jauh tapi untungnya pertama kali kesana saya ngga terlambat, malah anaknya yang lama datengnya karena belum pulang sekolah. Pertama kali ketemu anaknya, Ica namanya, saya liat dia anaknya baik dan kalem. Eh terlalu kalem. Setiap diajak ngomong dia cuma ngangguk dan senyum senum malu. Saya inget seorang guru bahasa inggris yang saya suka banget nah saya jadi coba pengen kaya beliau cara mengajarnya. Degdegannyaaaa ampun, padahal cuma berduaan sama anak ini. Tapi saya yang bingungnya itu, anak ini kelas 3 SMP tapi ngga tau apa artinya pineapple. Ya rabbana.. Selama pelajaran bahasa inggris sejak SD, gimana guru bahasa inggrisnya? Ini fatal banget. Materi kelas 3 SMP itu procedural text dan narrative text. Bukan hal yang susah kalo anaknya paham tata bahasa dasar. Bahkan anak ini ngga tau apa itu verb. “Matilah aku..”pikir saya waktu itu mengingat Ujian Nasional kurang dari tiga bulan. Saya ngga bisa ngebayangin gimana nantinya anak ini UN?

Sepulangnya dari ngajar, saya kembali ke kosan dan ngehubungin guru bimbel saya waktu SMA. Saya tanya “Bapak, saya mau tanya kalo kemampuan standar minimal bahasa inggris SMP kelas 3 itu sejauh mana? Materi apa yang harus dikuasai untuk mengerjakan soal UN nanti?” Dan balasan SMS beliau itu “Yuli, kelas 3 SMP normalnya sudah mengerti berbagai macam wacana dan tenses seperti past tense dan present tense.” Saya mulai mau ngadu, rasanya pengen nangis bingung gimana ngadepin masalah ini. Saya langsung bilang lagi balas SMS “Kalo anak ini juga ngga tau artinya pineapple dan animal gimana pak? UN sebentar lagi dan saya sendiri ngga yakin bisa ngajar anak ini. Saya ngga pede pak. Saya harus gimana?” Selanjutnya beliau nasehatin saya dan ngasih dukungan supaya saya berani ngajar anak ini. Katanya saya harus terus terusan ngasih vocabularies dasar setiap pertemuan dan harus dia hafalin. Karena ini saran guru saya, jadi saya jalanin aja. Mudah-mudahan aja bisa.

Pertemuan selanjutnya, saya mulai terbiasa ngomong sama anak ini. Sayang banget anak ini pasif, jadi saya kurang bisa berkomunikasi lancar sama dia. Saya ngasih dia PR juga plus ngafalin vocabularies dan bakal dites di pertemuan selanjutnya. Dan pertemuan selanjutnya, anak ini ngga ngafalin dan ngga ngerjain Prnya. Ya Allah, saya teh harus gimana lagi.. Dari sini keliatan banget kalo saya ngga profesional. Saya ngajar dengan kaku dan kolot. Saya juga ngga bisa buat anak ini patuh sama saya. Saya patah semangat dan putus asa ngga tau harus gimana. Saya rasanya takut banget kalo anak ini ngga bisa ngerjain UN nya nanti. Berarti saya ini guru yang “mandul”.

Beberapa minggu kemudian , anak ini bilang waktu lesnya minta dipindahkan. Dan saya ngga bisa ngikutin jadwal yang dia mau, jadi saya lepas aja. Toh yang penting selain pekerjaan ini adalah studi saya sendiri. Untuk apa mencerdaskan orang lain tapi membiarkan saya bodoh sendiri dan tidak disiplin kuliah? Untuk uangkah? Akhirnya saya drop anak didik yang satu ini dan berdoa semoga dia lulus UN dengan baik.

Yaudah, saya resmi pengangguran dengan ‘pesangon’ guilty feeling.

 Waktu mau masuk semester empat, saya dapet anak didik lagi. Kali ini anak kelas 5 SD. Ngga nyangka kaya gimana anaknya nanti soalnya baru pertama kali ngajar anak SD. Namanya Tiara. Katanya rumahnya itu di deket PVJ (Paris Van Java). Ya, ngga jauh dari sana ada gang kecil dan setiap kesana harus bersaing sama motor-motor yang ngga mau kalah melalui gang itu. Jadi sebentar sebentar saya minggir, sebentar sebentar berhenti dulu, belum emisi yang dihasilkannya itu loh. Anyway, saya seneng ngajar anak ini. Anaknya pinter dalam artian mau belajar dengan aktif dan nurut. Kalo dikasih PR dia kerjain. Dan kalo disuruh ngafalin, cepet ingetnya. Sayngnya dia cepet lupa juga hahaha.

Suatu hari saya ada kuliah mendadak dan disms Tiara begini “Teh, masih di mana?” wah mati lah ini ada kuliah. Bingung dan ngga tau mau bales apa soalnya kok ngesmsnya kejam begini ya. Kaya yang saya tuh udah bikin dia nunggu lama. Ya akhirnya saya bilang hari itu ngga bisa dateng soalnya ada kuliah dan Tiaranya cuma bilang “Gapapa.” HUFFFFTHHH..  Selain sekali itu, saya juga sering ngalamin kekejaman jalan raya di kota Bandung. Gimana ngga kejam? Dari setiabudhi sampe sukajadi atas aja satu jam lamanya! Belum lagi desak-desakan di Damri. Dan itu jam satu siang, bohong kalo ada yang bilang Bandung sejuk bahkan di siang harinya! Sejuk kalo ada di lantai 4 FPBS atau Al Furqon sih iya. Atau diem di kosan pas mendung dan minum es pisang ijo, baru adem tuh. Tantangan lainnya yaitu kalo hujan besar. Jangan hujan besar deh kalo itu udah pasti yaitu BANJIR. Air menggenang di mana mana dan mobil ngebut seenaknya sampe nyemprot dan basah kuyup semua. Itu namanya baru mandi di jalan hahaha. Kadang kadang sedih kalo inget di jalan begini, dan susahnya cari uang. Ini belum seberapa pastinya sama perjuangan papa dulu kerja. Sekarang saya tau susahnya cari uang dan harus lebih menghargai orang tua supaya ngga boros.

Oke, itu sekilasnya segelintir kisah pahit dari menjadi pendidik (segelintir?). Kisah manisnya juga ada dong. Setelah ngajar beberapa minggu, Tiara bilang mau ada ulangan. Aduh, saya yang degdegan. Takut nilainya merah merah kaya abis kerokan. Semoga nilainya biru deh, kaya abis digebukin aja (hah?). Mamanya udah bilang “Teh, Tiara ini nakal, susah belajarnya, hari ini inget besok lupa. Kalo gitu aja nanti gimana kelas enamnya.”. Ibu ini ngingetin saya sama saya jaman SD dulu. Saya juga dulu kayanya sih bego banget. Sampe les dari jam 6 pagi sampe jam 11 pagi. Karena dulu pas SD masuknya siang jam 12. Setiap mau ulangan harus ngafalin sekitar 80 soal dan ditanyain satu-satu. Dulu di tempat les saya itu nama gurunya Cici Apung. Dan kalo ada yang salah, betis saya dipukul pake satu lidi. Kebayang kalo sepuluh aja lupanya? Mungkin seumur hidup sya ngga akan lupa sakitnya itu. Sekarang saya bertekad bikin anak ini pinter dan ngga dibego-begoin sama siapapun tanpa efek jera. Nilainya harus bagus pokoknya!

Hari les selanjutnya yaitu Kamis, Tiara bilang “Teh mau tau ngga nilai aku berapa kemarin?”. Wah saya penasaran banget. “Sembilan puluh teh, ngalahin anak ranking 1 di kelas!”. Alhamdulillah ya Allah, saya seneng banget bukan main deh. Rasanya bangga banget padahal yang nilainya 90 kan Tiara, bukan saya. Akhirnya saya ngga “mandul” lagi. Ibunya juga bilang makasih sama saya. Aduh, saya bukan penyebab nilai bagusnya Tiara. Tapi Tiara sendiri yang rajin dan mau nurut sama saya. Tapi jujur, bangga banget hehe. Normal aja kan kalo bangga hahaha.

 Selain dari kebanggaan semacam itu, saya juga diperlakuin baik banget sama ibunya. Setiap ngeles disuguhin makanan enak enak. Kerennya lagi si ibu ini, kalo tau saya lagi pilek atau lagi hujan disuguhin susu cokelat panas atau teh manis dan biskuit manis. Kalo lagi panas ngejreng saya dikasih jus alpuket atau jus jeruk. Amboi, nikmatnyo ahahaha. Pernah suatu hari saya lagi ngga punya uang banget (maklum, anak kosan namanya juga) dan pengen makan batagor. Tapi jam 1 saya harus udah sampe di rumah Tiara. Selesai sholat dzuhur saya cepet cepet berangkat dari FPBS ke termninal Ledeng dan naik Damri karena tau bakalan telat. Sampe di rumah Tiara tetep telat dan ibunya yang super perhatian itu nanya “Kenapa telat teh? Macet ya? Kehujanan ngga?”. Ya Allah, ibunya peduli banget ya. Udah gitu pas udah mulai ngajar Tiara.. tadaaaaa sepiring batagor hangat siap menanti. Rasanya terharu banget. Bener firman Allah yaitu apabila kamu bersyukur maka akan kutambah nikmatmu. Dan di surat ar rahman maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?  Selain itu saya juga suka disuruh ngebungkus kue katanya buat dimakan di kosan. Alhamdulillah, rezeki ngga ke mana ya. Well, now the payments. Setiap tanggal 11 atau sekian setelah ketemu tanggal 5 yang jatuh di hari Sabtu adalah pay-day. Lucunya, saya ngga pernah dateng. Kenapa? Soalnya rumah bos saya di depan rumahnya Tiara, jadi ya ke situ aja deh hahah. Lumayan gajinya cukup buat ditabung untuk berbagai kebutuhan dan juga kesenangan wanita pada umumnya yaitu shoppiiiiiing..!

Dan pada akhirnya, Tiara siap menghadapi UKK (Ujian Kenaikan Kelas). Tiara mau naik kelas. Akhirnya sampai juga ya Allah. Semua bab yang diujiankan saya tulis soalnya, ngga yang susah susah amat dan ngga terlalu gampang. Tapi Tiara bisa ngerjainnya dan kita udah ngobrol ringan sambil bercanda karena udah biasa ketemu dalam waktu yang lama. Dan di pertemuan kedua terakhir, Tiara bilang bulan depan mau pindah ke Cileunyi. Jadi tinggal satu pertemuan lagi dan nanti gajinya langsung minta aja tanpa nunggu habis bulan.  Yah.. Saya kok sedih banget rasanya. Setelah sekian lama ngajarin Tiara yang lucu tapi kadang jail ini. Yang pernah bilang mau ke bawah dulu (karena kita les di lantai 2) dan ternyata ketiduran di kamar mamanya tapi ngga mau ngaku dia abis tidur. Kalo inget semuanya, sediiih banget. Bahkan selama nulis ini juga saya mau nangis karena sedih dan kangen. Tapi setiap pertemuan itu ada perpisahan kan? Ada waktunya bertemu pasti ada waktu berpisah juga.

Ternyata, mendidik anak menjadi cerdas itu bukan hal yang sulit seandainya kita bertujuan mencerdaskan. Orang yang cerdas belum tentu bisa mencerdaskan orang lain tapi mendidik dengan kasih sayang pasti menghasilkan orang-orang yang cerdas.

Akhir kata, saya menemukan cita-cita tertinggi saya yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa. Saya bukan orang yang cerdas tapi saya berusaha dengan cerdas dan akan selalu begitu. Do’akan saya untuk istiqomah di jalan ini ya?