Prayer; The Dos and Don’ts

Ada banyak sekali orang berdo’a di dunia ini. Berbagai keinginan ditautkan hanya pada satu-satunya Tuhan yaitu Allah. Tidak pernah ada orang yang salah dalam meminta kepada Tuhannya. Namun ada saja orang yang mengeluh “Oh Tuhanku tidak pernah adil.” atau “Apakah Engkau tidur wahai Allah? Karena tidak ku dengar satupun do’aku yang Kau kabulkan?” dan mungkin juga seperti “Sampai kapankah Engkau membiarkan aku sedih yang berlarut-larut karena tak kunjung jua Kau kabulkan do’aku ya Allah?”.

Sebelum memahami bagaimana do’a kita sampai dan dikabulkan oleh Allah, kita memerlukan apersepsi hingga tercapai satu kesepakatan bahwa benar adanya janji Allah. Jangan sampai kita menjadi kafir hanya karena masalah sepele seputar jodoh yang terasa ‘lama’ menjemput atau hari wisuda yang tak kunjung datang.

Seperti yang telah kita ketahui, dikabulkan atau tidak dikabulkannya do’a adalah hak mutlak atau His prerogative we can never interrupt. Sebenarnya Allah tidak pernah benar-benar menolak do’a, harapan, mimpi, cita-cita bahkan rajukan maut kita selama ini. Hanya saja untuk memahami datang tidaknya yang kita nanti-nanti diperlukan filosofi mendalam serta ilmu dengan dasar Al Qur’an dan hadis yang sesuai pada tempat dan waktunya. Allah juga tidak serta merta mengabulkan apa yang kita panjatkan karena selalu ada alasan yang tidak kita ketahui sementara Allah Maha Mengetahui.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. 2:216)

Ketika kita sangat menginginkan menjadi pendaki gunung yang handal, tetapi suatu hari Allah buat kita terkilir dan ternyata tidak memungkinkan bagi kita untuk melakukan perjalanan itu, mungkin saja Allah tahu kelak aka nada bahaya di sana dan kita diselamatkan dengan terkilirnya kaki kita tersebut. Atau ketika kita ingin membeli baju baru tapi uang yang kita miliki tidak cukup atau kurang dari yang kita butuhkan, mungkin saja Allah ingin kita mensyukuri nikmatnya yang sedikit dibandingkan mengharapkan lebih tanpa menyadari masih banyak orang di luar sana yang hanya memiliki satu pakaian kumal juga kotor. Di sinilah ada jawaban Allah mengapa kita tidak mendapatkan apa yang kita mau jika kita termasuk orang yang berpikir. Di dalam Al Qur’an disebutkan berulang kali kalimat seperti “jika kamu berpikir” atau “kepada orang-orang yang berpikir” atau “bagi kaum yang memikirkan”. Urgensi ‘berpikir’ perlu kita kaji kembali apakah benar kita berpikir? Apakah kita termasuk orang yang berpikir atau hanya sekadar mampu berprasangka buruk pada Allah dan tidak meyakini kekuasaanNya?

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Q.S. 10:24)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S 2:164)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”  (Q.S. 38:29)

Sebagaimana kandungan dalam ayat di atas serta di banyak ayatNya yang lain, Allah mengajak manusia untuk merenung. Memikirkan tentang apa-apa yang Allah perintahkan kita untuk berpikir, dan melihat makna tersembunyi dan keajaiban ciptaanNya adalah salah satu bentuk ibadah. Setiap hal yang kita renungkan akan membantu kita untuk lebih mengetahui dan mengakui akan Kekuasaan, kebijaksanaan, ilmu, seni dan sifat-sifat Allah yang lain.

Kini telah kita ketahui bahwa dasar dari filosofi terkabulnya do’a adalah berpikir. Namun selain pentingnya berpikir, kita juga harus mengetahui cara berdo’a dan meminta kepada Allah. Bagaimana adab-adab berdo’a yang dicontohkan Rasulullah adalah penting untuk kita perhatikan.

Pertama, sebagai orang yang meminta dalam keadaan menginginkannya maka kita harus ikhlas dan merendahkan diri kepada Allah namun yakin sepenuh hati bahwa do’a kita akan dikabulkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika ada seseorang yang menengadahkan kedua tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya dengan tangan hampa” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin akan terkabulnya do’a itu” (HR. Tirmidzi).

Kedua, bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a sehingga Allah melihat kita benar-benar menginginkannya.

Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seseorang yang lalai dan tidak serius” (HR. Tirmidzi)

Ketiga, mulailah do’a dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-buru.” kemudian beliau bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)

Keempat, janganlah tergesa-gesa dalam berdo’a. Ketika kita berdo’a, bersabarlah. Jangan menginginkan atau memaksa agar do’a itu dikabulkan sekarang juga.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan dikabulkan do’a seseorang di antara kalian sepanjang ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata, ‘Aku telah berdo’a dan berdo’a, namun aku tidak melihat terkabulnya do’aku’, sehingga ia pun tidak lagi berdo’a” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Kelima, janganlah mengonsumsi, melakukan atau menghasilkan sesuatu yang haram. Karena yang haram pastilah dibenci Allah.

Sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak akan menerima selain yang baik. Allah memerintah orang-orang mukmin seperti apa yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul” (HR. Muslim, Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)

Keenam, janganlah berdo’a memohon keburukan untuk diri sendiri ataupun orang lain atau juga mengharapkan suatu keburukan.

Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)

Ketujuh, pilihlah waktu-waktu yang mustajab untuk berdo’a. Waktu mustajab adalah waktu di mana do’a sangat memungkinkan untuk dikabulkan oleh Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)

 Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim)

 Dan mungkin yang terakhir yaitu kedelapan, janganlah lupa untuk memantapkan diri untuk taubat dan kembali ke jalan yang benar karena salah satu penyebab do’a kita yang tidak dikabulkan adalah terhalangnya do’a dengan dosa dosa kita. Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)

 Setelah mengetahui adab-adab berdo’a, janganlah pernah kita berhenti berdo’a dan gunakanlah adab-adab tersebut. Selain mengetahui adab-adabnya, kita juga perlu mengetahui bagaimana do’a kita dijawab oleh Allah. Dalam hadits riwayat Ahmad dan al-Hakim dari Abu Sa’id dijelaskan oleh Rasulullah SAW tiga cara Allah SWT mengabulkan setiap harapan atau do’a hamba-Nya. Dengan catatan, seorang hamba tersebut tidak memutuskan hubungan silaturrahim dan melakukan dosa besar. Cara Allah SWT mengabulkan harapan (do’a) tersebut adalah:

Pertama, harapan itu langsung dikabulkan atau dalam waktu yang tidak berapa lama.
Di antara golongan manusia yang mendapat prioritas cepatnya terkabul harapannya, sesuai dengan beberapa penjelasan hadits Rasulullah yaitu orangtua, orang yang teraniaya, pemimpin yang adil, juga harapan kebaikan dari seseorang kepada orang lain yang jauh dari dirinya.

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Tidaklah seorang Muslim mendo’akan saudaranya yang tidak berada dihadapannya, melainkan malaikat akan berkata: ‘Dan engkau juga mendapatkan yang seperti itu.” (HR. Muslim).

Kedua, harapan itu ditunda di dunia dan menjadi tabungan pahala yang akan diterima di akhirat nanti. Seringkali misalnya, keadilan di dunia sulit didapatkan, namun percayalah keadilan akhirat pasti ada. Pengadilan akhirat tidak pernah pandang bulu bahkan menerima sogokan dalam memvonis kasus kehidupan di dunia. Kesadaran ini seharusnya memupuk optimis atau harapan dalam hidup. Sebab, senantiasa berharap (raja’) atas nikmat dan ridho dari Allah merupakan akhlak yang terpuji yang mampu memupuk keimanan dan mendekatkan diri seorang hamba kepadaNya. Hasil kebaikan ini senantiasa akan mendapatkan balasannya. Tidak di dunia namun di akhirat pasti.

Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang sebanding dengan harapan itu. Dengan kata lain, Allah SWT mengabulkan harapan dengan mengganti sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan, yaitu terhindar dari musibah yang seharusnya menimpa kita. Atau mengganti harapan itu dengan sesuatu yang tidak pernah kita harapkan. Mengapa? Karena Allah benar-benar mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik dan apa yang buruk bagi kita selaku hambaNya.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. 2:216)

Berdasarkan kajian singkat yang telah kita kaji dalam artikel ini, maka kita sebagai hamba Allah yang meyakini hanyalah Allah sembahan kita haruslah yakin bahwa berdo’a adalah ibadah yang sangat penting. Melalui berdo’a, harapan ataupun keinginan kita pastilah dikabulkan oleh Allah dengan tentu saja memperhatikan adab-adab dan meyakini bagaimana eksekusi dari do’a kita.

Akhir kata, ingatlah janji Allah itu benar. Berdo’alah kepada Allah, niscaya akan Dia kabulkan.

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesunggguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahKu akan masuk ke neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”” (Q.S.40:60)

Guy-praying

Sumber:

Al-Qur’an

http://www.hidayatullah.com/read/23436/03/07/2012/kenali-cara-allah-swt-mewujudkan-harapan-kita.html

http://www.hasanalbanna.com/aku-mengetahui-apa-yang-tidak-kamu-ketahui/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+hasanalbanna+%28hasanalbanna.com%29

http://110.138.206.53/agama/Harun_Yahya/Berfikir_6_files/berpikir5.htm

http://remajaislam.com/islam-dasar/amalan/72-syarat-terkabulnya-doa.html

Leave a comment